Sabtu, 28 Mei 2016

Untukmu, Yang pernah kumiliki Sesaat



 Hidup, kini kita semua sedang menjalaninya. Sudah pasti berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Karena garis hidup kita masing-masing sudah ditentukan. Baik atau buruk itu menjadi hal yang biasa. Ada sebagian yang memberontak, menyalahkan sang nahkoda kehidupan, ada juga yang dengan lapang menerima dan mengikhlaskan.

"Dan aku mau menjadi salah satu yang menerima dan mengikhlaskan"

Apalagi tentang mengikhlaskan kamu. Iya, kamu yang sempat mondar mandir di benakku. Entah alasan apa yang menuntunku untuk menulis tentangmu tanpa ku tahu harus memulai dari mana, karena kehadiranmu yang memang sebegitu singkatnya.
Iya, kehadiran singkat tapi telah mampu mengubah sedikit hidupku. Kau datang dan bertingkah seolah-olah sosok tepat yang aku nantikan selama ini. Engkau mampu mengembalikan semua senyum, canda dan tawaku. Kau juga mampu mengembalikan sebuah rasa di hati ini yang sudah lama tersimpan rapi.

"Engkau yang dengan mudahnya mengajakku terbang, pada akhirnya kau juga yang menghempaskan"

Memang menyakitkan, tapi ini adalah sebuah perjalanan, perjalanan menuju kedewasaan.
Beberapa bulan berlalu telah mampu kita lalui, menjaga komunikasi yang tetap terjalin selama kurang lebih tiga bulan itu tidaklah mudah. Selama itu pula akupun sudah mulai mengakrabi jarak, jarak yang memisahkan raga kita, karena pekerjaan yang memang mengharuskanmu untuk pergi.
Tak ada yang aneh memang, semuanya berjalan seperti biasa, sampai tiba saatnya kamu kembali, aku tersadar kita semakin jauh. Ya, raga kita memang tidak sejauh sebelumnya, namun sikap dan tingkahmu yang membuat hati dan perasaan ini semakin menjauh. Maka yang terbaik adalah “pergilah”.

"Aku yang selama ini hanya bisa menunggumu, kini telah kau biarkan berlalu"

Aku tahu tidak ada sesuatu yang kebetulan di dunia ini, termasuk aku mengenalmu. Ketahuilah, aku tidak akan pernah menyalahkan siapapun, termasuk menyalahkan keadaan. Aku juga tidak akan meminta pada Tuhan agar kamu merasakan hal yang sama seperti yang telah kamu perbuat kepadaku. Aku tidak sejahat dan seegois itu.
Aku berdoa semoga kelak kamu menemukan seseorang yang bukan aku dan aku akan menemukan seseorang yang bukan kamu. Aku yakin, Tuhan mematahkan hatiku untuk menyelamatkanku dari orang yang salah.
Satu hal lagi, Tuhan dan semesta sedang menuntunku menuju satu kata, yaitu DEWASA.

"Mari Melanjutkan hidup weny :)



Biarkan Hatiku Memilih Ikhlas Melepasmu Agar Suatu Saat Kau Tau Rasaku Pernah Tulus Padamu

"Aku tak ingin mengingat, rasa sakit yang kian mencuat karena luka yang menyayat dan aku tak ingin lagi terpikat"


Untuk siapapun yang telah lama memendam rasa, yang selalu menyebutnya dalam doa, yang sulit tuk sekedar betegur sapa ataupun mengungkapkan rasa. Buka berarti waktu yang dihabiskan untuk mencintainya atau menyayanginya terbuang sia-sia.

"Tidak"

Mungkin tak terlihat secara nyata, namun percayalah pada kekuatan doa. Waktu demi waktu terus saja berjalan seperti itu, tak ada perubahan tak ada peningkatan, yang ada rasa makin tak tertahan.  Kesabaran memang tak terbatas, namun kejenuhan pasti akan bterpintas.

Diujung, rasaku telah menunggu keputusan, akan kubawa kemana perasaan ini. Ungkapkan atau Lupakan?
Orang berkata, mencintai tak harus memiliki adalah suatu hal mustahil. Hati berkata mencintaibukan sekedar hanya ingin memiliki, melainkan berbagi rasa ini, perhatian ini, sayang ini. Pikiran berkata mencintai adalah saat di mana otak mencerna hal-hal tak masuk akal menjadi masuk akal dan aku berkata mencintai adalah seberapa intens namamu selalu kuingat dalm doa, bayangmu selalu mampir setiap waktu.

"ahhh biarkan aku mendefenisikan mencintai versiku sendiri, bukan orang lain"

Sebulan berlalu, dua bulan berlalu, tiga bulan berlalu, dan berbulan-bulan berlalu tapi hatiku masih memberikan ruang utnuk sosokmu. Aku tak tahu sampai kapan aku dapat bertahan, sampai kapan aku tetap menahan.

Aku yang selalu merindumu dalam sujudku, aku yang tak pernah lupa menyelipkan namamu dalam setiap doaku, aku yang sellalu berimajinasi menyentuh bayangmu. Tetapi, Aku tak ingin lagi membiarkan hatiku hanya untukmu, biarkanlah hatiku berlatih untuk ikhlas melepasmu. Biarlah doa-doa itu tercatat dalam buku malaikat, yang tahu bahwa kau tak mudah terpikat. Biarlah Allah yang mengungkap rasaku padamu, karena Dia selalu memiliki cara utnuk memberitahumu bahwa aku pernah tulus menyayangimu.
for you ..."HH"

Senin, 23 Mei 2016

Saya tahu tidaklah mudah terlahir menjadi perempuan terlalu banyak hal yang bisa diukur kurang dan lebihnya. Dan saya juga tahu bahwa tidak mudah untuk tetap menjadi dirimu sendiri, ketika hampir seluruh dari isi Bumi ini senantiasa memeluk kepalsuan dalam hidup mereka.

Saya pun pernah berdiri menjadi gadis kecil itu, yang begitu takut ditinggalkan dan terlupakan hanya karena belum dirasa cukup cantik---berkat kulit coklat yang saya miliki sejak saya dilahirkan.

Itu kenapa hingga do detik saya menulis kalimat ini, saya merasa kata "cantik" adalah satu kata yang dangkal. Kamu selalu bisa menjadi perempuan yang hebat, walau tidak ada seorang pun yang menganggapmu cukup cantik, Karena betapa pun klise terbaca, kebaikan hati dan kekayaan ilmu akan selalu jadi yang pertama membuatmu terlihat indah di hadapan-Nya dan di hadapan siapapun yang menyayangimu dengan tulus.

Saat menulis ini, sebenarnya saya sedang merasa kekecewaan yang mendalam kepada dia. Dia yang meninggalkan saya karena ketidaksempurnaan yang ada pada diri saya.......HH